Kasus Franceisca Yofie, Bukti Social Media Sebagai Pembentuk Opini Publik

Geekgals, pasti sudah familiar dengan kasus pembunuhan yang menimpa seorang wanita cantik yang bernama Franceisca Yofie yang terjadi di kota kembang, Bandung. Berita seputar kasus ini sudah menjadi perbincangan hangat selama 3 minggu belakangan.

Sejak awal, pada saat kasus kematian Franceisca Yofie ini masih dikategorikan sebagai pembunuhan, “suara – suara” di social media telah banyak bermunculan. Netizen semakin ramai berkomentar setelah kepolisian Bandung menyatakan kasus ini sebagai (hanya) penjambretan yang berakhir dengan kematian korban.

franceisca-yofie_id-geek-girls-blog_1

Ternyata, masyarakat merasakan adanya ketidakadilan dalam kasus ini. Ketidakpercayaan pada media konvensional yang harus melalui proses sunting, mendorong masyarakat untuk berkomentar, menganalisa, menginvestigasi bahkan berdiskusi di social media. Masyarakat yang pintar dan kritis dalam menerima pernyataan, dalam kasus Franceisca Yofie ini adalah pernyataan hasil penyelidikan polisi, memanfaatkan social media untuk menggiring opini publik. Puncaknya adalah opini dari berbagai pengamat hukum dan politik, bahwa kasus Franceisca Yofie adalah puncak dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian.

Sebenarnya, berkat kasus Franceisca Yofie ini juga tampaklah sebuah perubahan pola komunikasi masyarakat melalui berbagai social media. Dahulu sebelum ada social media kita harus mengirimkan keluhan, pendapat, kritik, saran, melalui media konvensional. Misalnya dengan mengirimkan opini atau keluhan melalui rubrik surat pembaca yang ada di surat kabar. Sisi positifnya, seringkali surat yang dimuat mendapat tanggapan langsung dari pihak yang dikeluhkan. Sisi negatifnya, surat belum tentu dimuat karena bisa jadi ada pertimbangan dari pihak media bahwa isi surat tersebut juga akan memberi efek negatif ke media tersebut.

franceisca-yofie_id-geek-girls-blog_2

Tapi sekarang, suara-suara yang dahulunya tidak termunculkan, bisa dengan sangat bebas bermunculan di social media. Dan suara-suara ini tidak bisa disepelekan atau dilewati begitu saja. Terutama karena jumlahnya yang sangat banyak dan efeknya yang bergelombang. Dalam kasus Franceisca Yofie ini, semakin banyak netizen yang tidak mempercayai hasil penyelidikan polisi, apalagi ditambah dengan bumbu-bumbu analisa investigasi ala CSI atau Law & Order, maka akan semakin banyak netizen lainnya yang tergiring untuk percaya bahwa penyelidikan polisi tidak benar. Pada akhirnya terbentuklah opini publik mengenai Franceisca Yofie, kepolisian, para tersangka, bahkan kasusnya sendiri.

Berdasarkan hasil rangkuman idGeekGirls dari postingan di social media, kebanyakan netizen berpendapat kasus yang menimpa Franceisca Yofie ini bukan kasus penjambretan biasa. Umumnya netizen berpendapat bahwa banyak keganjilan dari kasus ini. Misalnya:

"Kasus ini terlalu cepat terungkap – Dengan dalih, pembunuh menyerahkan diri ke kantor polisi."

"Perlakuan polisi terhadap 2 tersangka pembunuhan, dengan menutup wajah tersangka pembunuh seperti teroris, tidak seperti kasus pembunuhan yang lain."

Franceisca Yofie sendiri adalah seorang manager leasing kendaraan yang meninggal dunia setelah terseret sepeda motor sejauh 500m-1km. Belakangan, terungkap bahwa Sisca memiliki affair dengan seorang oknum petinggi polisi yang telah berkeluarga. Kepolisian telah mengeluarkan pernyataan berdasarkan pengakuan tersangka dan rekonstruksi ulang bahwa kasus ini adalah murni penjambretan. Sedangkan opini publik cenderung setuju dengan keterangan para saksi mata yang menyatakan bahwa Sisca dipegangi, diseret lalu dibacok oleh tersangka. Kasus ini masih dalam proses penyelidikan saat artikel ini ditulis.

Source: MediaWave

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *